Jumat, 19 Oktober 2012

KEGIATAN PARENTING DI PAUD CITRA AL MADINA : Berdayakan Orangtua, Dukung Pembelajaran


SINGGALANG : PADANG — Keterlibatan orangtua dalam lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), dinilai cukup urgen. Guna mewujudkan pembelajaran yang optimal di masa usia emas itu, tidak bisa sepenuhnya berharap pada lembaga sekolah saja, tapi kontribusi orangtua memiliki peran cukup penting. Pendapat tersebut dikemukakan Kepala TK Citra Al Madina, Padang, Imla Wifra, dalam perbincangan dengan Singgalang. Menurutnya, ke depan, penyelenggaraan pendidikan dengan memberdayakan orangtua (parenting education), merupakan sebuah solusi guna meningkatkan mutu pendidikan sejak usia dini. “Untuk itu, terkait kegiatan parenting dimaksud, PAUD Citra Al Madina telah dan akan melakukan sejumlah kegiatan,” ucap Imla. Dikatakannya, kegiatan yang telah dilakukan tersebut seperti keterlibatan orangtua dalam lomba alat permaian edukatif, terkait peringatan Hari Ibu beberapa waktu lalu. Kemudian juga ada dialog yang pesertanya orangtua dan guru mendatangkan narasumber berkompeten, yakni Dr. Dadan Suryana dari UNP, mengambil tema terkait peran orangtua dalam menanamkan pendidikan karakter sejak usia dini. 

“Besok (hari ini—red), kita kembali mendatangkan nara sumber yakni Dr Yuliana, yang bakal membahas bagaimana menjadi orangtua yang cerdas guna mewujudkan anak berkualitas,” jelas Imla, didampingi Wakil Kepala Sekolah, Vivit Risnawati. Melalui dialog dan materi dari pihak berkompeten dimaksud, menurut Imla, diharapkan orangtua kian memahami tentang penting dan signifikannya pendidikan akan usia dini. Sebelumnya,  juga telah dilakukan kegiatan keluar berupa out bond naik kereta api dari Padang ke Pantai Gandoriah, Pariaman. Di Pariaman pun diadakan dialog dengan orangtua, bahkan adapula permainan berkreativitas dengan plastisin yang dilakukan orangtua bersama anak-anak. Disebutkan, sejumlah kegiatan perenting lainnya yang bakal dilaksanakan, di antaranya berupa parent’s day class, di mana keterlibatan orangtua mengajar di kelas anak mereka masing-masing. Lalu ada lagi, pembahasan seputar IQ, kunjungan lapangan dan membahas perkembangan kesehatan anak. “Intinya, melalui kegiatan parenting ini, semoga terjalin kerjasama yang harmonis antara orangtua dengan pendidik, guna meningkatkan mutu pembelajaran di lembaga PAUD itu sendiri,” jelas Imla Wifra. Seperti diketahui, PAUD Citra Al Madina yang beralamat di Jl. Purus I itu, selain Taman Kanak-kanak (TK), juga menyelenggarakan TPA dan Play Group.

Murid PAUD Citra Al Madina Outing ke Batalyon 133


PADANG – Guna mendekatkan berbagai hal menarik yang bernilai edukatif di luar kelas, puluhan murid Taman Kanak-kanak (TK) Citra Al Madina, Padang, melakukan kunjungan lapangan (outing) ke Batalyon Infantri 133/Yudha Sakti, baru-baru ini. “Ini merupakan satu cara mengenal lebih dekat profesi dan tugas seseorang atau lembaga, yang disinkronkan dalam pembelajaran tema pekerjaan,” kata Kepala TK Citra Al Madina, Imla Wifra, kepada Singgalang, Minggu (10/6). Menurutnya, Batalyon yang terletak di Air Tawar itu, jelas dihuni para tentara, sebagai abdi negara. Makanya, kata Imla didampingi Wakil Kepala Vivit Risnawati, tak salah jika anak-anak sejak dini dikenalkan sosok tentara tersebut, yang juga bagian dari salah satu profesi pekerjaan yang diajarkan kepada anak-anak.

Sosok tentara yang selama ini dikenal “garang”, ternyata hal itu termentahkan saat anak-anak disambut dengan santun oleh aparat militer berbaju loreng itu. “Kita jelaskan pada anak-anak, bahwa tentara itu bukan untuk ditakuti. Tentara adalah sosok yang membela negara, mengayomi rakyat,” jelas Imla.  Alhasil, komunikasi yang dijalin saat anak-anak ke sana yang didampingi sejumlah aparat itu, dinilai cukup positif. Apalagi, murid TK yang terletak di Jl Purus I itu, pun diajak berkeliling-keliling untuk mengetahui berbagai hal.

(c) Singgalang

Kamis, 06 Oktober 2011

Emma Yohanna : "PAUD itu Penting"


Sebelum masuk Sekolah Dasar (SD) sangatlah penting anak mengikuti dulu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di usia dini, PAUD akan memberikan rangsangan terhadap otak anak yang mau masuk ke Sekolah Dasar, dalam menunjang kreativitas dan perkembangan emosional ketika beranjak dewasa. Emma Yohana Anggota DPD RI dari Komite III sekaligus Ketua Yayasan Citra Al Madina, mengatakan, PAUD adalah pendidikan sebelum memasuki pendidikan dasar yang merupakan pembinaan sejak dini yang dari lahir sampai dengan usia enam tahun. "Dengan PAUD secara tidak langsung anak diberikan rangsangan pendidikan agar pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani,” ujarnya.

Penerapan pendidikan menitikberatkan kepada pertumbuhan anak dan perkembangan fisik dengan koordinasi motorik halus dan kasar. “Juga melatih kecerdasan seperti daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, sosiologi emosional dalam pembentukan sikap, juga perilaku serta agama," ungkap Emma.

Dunia Anak : "Tuan, Jangan Kauganggu Permainanku ini"

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag (Kepala PAUD Citra Almadina)

Orang bijak senantiasa berkata : "Pada anak kamu akan temukan kebeningan". Karena itu pulalah, suatu waktu, dahulu, pujangga besar India, Rabindranath Tagore mengatakan bahwa anak adalah pesan Tuhan. Kehadiran anak menunjukkan Tuhan tidak pernah bosan pada manusia, demikian Tagore. Karena itu, temukanlah ketulusan, kebeningan dan keluguan pada anak-anak. Berbahagialah orang yang selalu mau belajar pada anak-anak. Dengarlah apa yang dinukilkan Sapardi Joko Damono dengan "Ditangan Anak-Anak" berikut :

Di tangan anak-anak
Kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk pada gelombang
Menjelma burung .yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan
Di mulut anak-anak, kata menjelma Kitab Suci.
"Tuan, jangan kauganggu permainanku ini."



Lalu, penyair legendaris Libanon, sang maestro Gibran Kahlil Gibran melihat anak sebagai perwujudan Cinta orang tua dalam "Sang Tanya Anak"

Konon pada suatu desa terpencil
Terdapat sebuah keluarga
Terdiri dari sang ayah dan ibu
Serta seorang anak gadis muda dan naif!

Pada suatu hari sang anak bertanya pada sang ibu!
Ibu! Mengapa aku dilahirkan wanita?
Sang ibu menjawab,”Kerana ibu lebih kuat dari ayah!”
Sang anak terdiam dan berkata,”Kenapa jadi begitu?”

Sang anak pun bertanya kepada sang ayah!
Ayah! Kenapa ibu lebih kuat dari ayah?
Ayah pun menjawab,”Kerana ibumu seorang wanita!!!
Sang anak kembali terdiam.

Dan sang anak pun kembali bertanya!
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ayah?
Dan sang ayah pun kembali menjawab,” Iya, kau adalah yang terkuat!”
Sang anak kembali terdiam dan sesekali mengerut dahinya.

Dan dia pun kembali melontarkan pertanyaan yang lain.
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ibu?
Ayah kembali menjawab,”Iya kaulah yang terhebat dan terkuat!”
“Kenapa ayah, kenapa aku yang terkuat?” Sang anak pun kembali melontarkan pertanyaan.

Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan. “Kerana engkau adalah buah dari cintanya!
Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam. Cinta yang dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu!

Dan kau adalah segalanya buat kami.
Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kami.
Tawamu adalah tawa kami.
Tangismu adalah air mata kami.
Dan cintamu adalah cinta kami.

Dan sang anak pun kembali bertanya!
Apa itu Cinta, Ayah?
Apa itu cinta, Ibu?
Sang ayah dan ibu pun tersenyum!
Dan mereka pun menjawab,”Kau, kau adalah cinta kami sayang..”



Keingintahuan mereka tentang buku dan ilmu pengetahuan .... mencengangkan !
(Kunjungan ke Toko Buku Gramedia)

Mereka memahami bagaimana mulianya pekerjaan "om-om" Pemadam Kebakaran
(Kunjungan ke Dinas Pemadam Kebakaran)

Mereka melihat dengan kekaguman, bukan perasaan takut pada "om" Polisi
(Kunjungan ke Mapolda Sumatera Barat)

Kami cinta Indonesia, lihatlah, kami terus belajar untuk "khusuk" dalam Upacara Bendera
(17 Agustusan di Halaman Depan PAUD Citra Al Madina Padang)

Kunjungan ke Padang TV

Laut Ciptaan dan Karunia Allah
(Outing ke Pantai Padang)


Manasik Haji


(Kunjungan ke Bank Indonesia)


Ayooo nak, berbaris rapi. Kita kedatangan tamu, Teacher Takada Kota dari Tokyo. Lihatlah, Teacher Kota sudah berdiri di depan. Mari menyanyi Kokoronotomo !

Mendampingi "anak-anakku" murid PAUD Citra Al Madina dalam berbagai kegiatan outing
(Foto : koleksi pribadi)



Foto : Koleksi Pribadi Imla

Nak .... Mari Berkebun, Mari Cintai Lingkungan

"Berkebun buat anak berkembang potensi inderanya", demikian penggalan kalimat dalam sebuah artikel di salah satu Tabloid keluarga. "Karena itu, ajak-lah anak anda sedari dini ke kebun ataupun berkebun !". Indera penglihatan akan terasah melalui berbagai warna dan bentuk tanaman yang dilihat. Membedakan aroma beragam bunga akan mengasah indera penciumannya. Indera peraba dengan merasakan berbagai tekstur, tanah hingga biji-bijian. Indera pendengaran melalui suara serangga, desir angin dan dedaunan. Bila kemudian kita juga menanam buah dan sayuran, tentunya anak bisa belajar tentang beragam rasa. Untuk anak yang lebih besar, berkebun bisa menjadi sarana belajar yang lebih menyenangkan tentang tumbuhan dan alam, dibandingkan belajar teori semata. Dengan melakukan dan melihat langsung tentang cara menanam dan proses pertumbuhan tanaman, teori-teori abstrak yang ada di buku pun menjadi hidup dan nyata sehingga lebih mudah dimengerti.

Jika mengajak anak berkebun, salah satu risiko yang dihadapi adalah anak menjadi kotor karena bermain tanah dan juga air. Namun justru itulah unsur menyenangkan bagi anak, dan bisa menjadi daya tarik untuk berkebun. Kalau terlalu banyak ‘peraturan’, anak pun malas melakukannya. Tekankan pada mereka bahwa tidak semua benih tanaman akan tumbuh dan tidak semua tanaman akan sukses menghasilkan bunga. Bila gagal, mereka bisa belajar proses mana yang kurang tepat sehingga hasilnya bisa lebih baik. Ternyata, berkebun tak hanya menambah pengetahuan, tapi juga mendorong anak untuk mencintai lingkungan sejak dini. Ayo, ajarkan anak Anda untuk berkebun!





Kegiatan outing PAUD Citra Al Madina Padang ke Kebun Sayur-Sayuran di pinggiran Kota Padang (Kebun Karunia Allah SWT.). Sepulang dari outing, anak-anak-pun membawa sayur-sayuran, masing-masing satu ikat.

Sumber foto : FB Imla W. Ilham/Eriyanti Rusdi-2011

Pengenalan Pendidikan Pemadam Kebakaran sejak Usia Dini

Oleh : Imla Wifra, S.Ag (Kepala PAUD Citra Almadina Padang)

Pengenalan terhadap bagaiamana tata cara atau tata kerja personel Pemadam Kebakaran, tidak begitu familiar diketahui oleh banyak orang. Padahal, ibarat kebutuan masyarakat terhadap polisi yang menjaga keamanan masyarakat, pemadam kebakaran juga menjadi kebutuhan utama bagi kita semua, khususnya yang berada di daerah perkotaan. Dalam konteks ini, PAUD Citra Al-Madina Padang merasa perlu untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana tata kerja personel Pemadam Kebakaran. Disamping menumbuhkan empati pada siswa, outing ini juga menumbuhkembangkan pengetahuan siswa tentang efek dari kebakaran itu sendiri. Dibawah ini, saya posting salah satu "kesaksian" seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jerman tentang pengenalan sejak dini pada Pemadam Kebakaran. Berikut :

Sabtu siang, saya bersama teman-teman berkeliling Kota Aachen. Sesampai di kota tersebut, setelah menempuh perjalanan satu jam dari Maastricht, saya langsung disuguhi pemandangan yang membuat saya cukup terkejut. Banyak mobil dan petugas pemadam kebakaran. Saya kira terjadi kebakaran. Ternyata tidak. Untunglah. Petugas dan mobil pemadam kebakaran tersebut sengaja “dipamerkan” ke masyarakat. Sejenak saya memperhatikan aktivitas apa saja yang dilakukan. Ada fashion show yang diperagakan oleh anak-anak kecil. Mereka memeragakan berbagai aktivitas penyelamatan ketika terjadi kebakaran oleh petugas. Riuh tepuk tangan menyambut ketika satu per satu peragaan ditampilkan. Beranjak dari fashion show, saya kembali menyaksikan aktivitas yang mungkin cukup langka di Indonesia. Seorang petugas pemadam kebakaran mendampingi dan memberi petunjuk bagaimana cara memadamkan api melalui sebuah simulasi kepada anak-anak kecil. Satu per satu mereka bergiliran memegang semprotan air dengan bimbingan seorang petugas. Ketika berhasil memadamkan api, mereka bersorak.

Sebelum beranjak menuju beberapa tempat di Aachen, saya kembali melihat simulasi, namun kali ini dilakukan oleh orang dewasa. Dengan panduan seorang petugas pemadam kebakaran, seseorang mencoba memeragakan cara memadamkan api dengan sebuah tabung pemadam kebakaran. Setelah diberi petunjuk langkah-langkah yang harus dilakukan, orang tersebut beraksi. Pada mulanya ragu-ragu ketika mendekat di kobaran api. Namun akhirnya, dengan percaya diri orang tersebut menyemprotkan isi tabung pemadam kebakaran tersebut pada kobaran api yang sudah disiapkan sebelumnya. Dia berhasil memadamkan api itu dan tersenyum puas sambil bersalaman dengan seorang petugas pemadam kebakaran. Menurut saya, aktivitas simulasi seperti ini seharusnya dilakukan di Indonesia. Dengan kegiatan seperti ini, masyarakat akan dibekali pengetahuan dan ketrampilan menggunnakan tabung pemadam kebakaran yang sering tersedia dan terlihat di beberapa lokasi, misalnya gedung-gedung perkantoran. Saya tidak tahu persis apabila sampai terjadi kebakaran (tentu bukan sesuatu yang diinginkan), apakah setiap orang bisa menggunakan tabung pemadam kebakaran tersebut? Terus terang, saat menyaksikan peragaan di atas, saya baru menyadari bahwa saya belum pernah sekalipun belajar cara menggunakan tabung pemadam kebakaran. Membaca petunjuk yang tertulis sudah saya lakukan, namun praktek menggunakannya belum pernah saya lakukan. Ataukah saya yang terlalu katrok? Bagaimana dengan Anda?







Foto : Siswa PAUD Citra Al Madina Outing ke Dinas Pemadam Kebakaran Kota Padang
(sumber foto : koleksi Imla Wifra Ilham)


Sumber tulisan miring : www.winarto.in

Ketika Lebih Bangga pada Negara Lain

Oleh : Imla W. Ilham (KepalaPAUD Citra Almadina)

Tanggal 17 hingga 22 September 2011 yang lalu, Alhamdulillah, ilmu dan pengalaman saya ditambah Allah kembali. Saya berkesempatan mengikuti Pelatihan/Pendidikan "Penguatan Kurikulum PAUD Nasional". Kegiatan yang berlangsung di Komplek Panorama Regency, Nagoya Batam Kepulauan Riau ini diikuti oleh utusan dari Pengelola/Kepala Sekolah PAUD Unggulan masing-masing propinsi di Indonesia. Saya tak ingin menjelaskan seluk beluk kegiatan dan materi-materi yang dipaparkan karena bagi saya, kegiatan semacam ini sangat mencerahkan, sebagaimana kegiatan-kegiatan sejenis yang pernah saya ikuti beberapa waktu lalu. Saya hanya ingin menceritakan pengalaman yang bagi saya sangat menarik sekaligus ironis. Seperi biasanya, setiap kegiatan, apakah itu seminar ataupun pelatihan/workshop apalagi tingkat nasional, maka acara pembukaan kegiatan tersebut dihadiri oleh pejabat-pejabat tingkat daerah dan nasional. Sambutan-sambutan silih berganti. Berjenjang, dari yang jabatannya rendah hingga tinggi. Demikian juga halnya dengan kegiatan yang saya ikuti ini.

Karena kegiatan ini dilaksanakan di Batam, Propinsi Kepulauan Riau, maka pasti ada sambutan resmi dari pejabat daerah yang berhubungan dengan pendidikan PAUD. Kebetulan pejabat daerah yang memberikan sambutan ini adalah berjenis kelamin "wanita", tepatnya ibu-ibu. Pada awalnya saya beranggapan, ibu kita yang cantik ini (saya tidak menyebut namanya atau inisialnya) akan memberikan sambutan mengenai harapannya tentang kegiatan yang dilaksanakan, atau memberikan gambaran tentang perkembangan PAUD di daerah Batam, atau mungkin minimal mendeskripsikan dengan bangga mengenai kemajuan daerah Batam di semua lini, khususnya ekonomi dan pariwisata. Tapi saya merasa terkejut, ibu kita yang cantik ini bukannya memberikan sambutan tentang hal-hal yang berhubungan dengan PAUD (kalau-pun ada, porsinya teramat minim), beliau justru banyak "menceritakan" tentang Singapura. "Ibu-ibu, kami di Pulau Batam ini, lebih suka berkunjung atau liburan ke Singapura. Cukup dengan Rp. 300.000,- ibu-ibu sudah bisa bolak-balik ke negeri singa tersebut, dan bla.....bla....bla", katanya panjang lebar dengan wajah sumringah dan penuh kebanggaan mengkisahkan bahwa masyarakat Batam (mungkin beliau saja yang bangga) begitu bangga pergi ke Singapura daripada ke Jakarta atau ke lokasi-lokasi pariwisata di Batam. Alih-alih menceritakan tempat pariwisata di Batam, justru si ibu kita yang cantik ini justri "mensugesti" para pendengar untuk berpariwisata ke Singapura. Ironis !. Untunglah, ketika salah seorang pejabat PAUD dari pusat memberikan sambutan, pejabat yang juga wanita ini sedikit "menyindir" ibu kita yang cantik dan teramat bangga dengan Singapura tersebut. "Kita seharusnya menanamkan rasa nasionalisme dan rasa cinta tanah air kepada anak-anak sejak usia mereka masih dini. Bukan menanamkan kebanggaan terhadap negara lain pada diri mereka", kata ibu ini.

Senin, 11 Juli 2011

PAUD Citra Al Madina "Menapaki" Tahun 2011

PAUD Unggulan Tingkat Propinsi
Dari Dirjen PNFI Direktorat PAUD Diknas - Nopember 2007

Terakreditasi
BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH (BAN-SM) : 27 Oktober 2009



Berdiri dari Kiri-Kanan :
Indra Ernita/Siska Maidona, A.Md/Vivit Risnawati, A.Ma/Sofie Elfina, S.Ag/Lidya, SH/Eriyanti, A.Md.
Duduk dari Kiri-Kanan :
Siska Rahayu, S.Pd/Jameela, A.Md/Imla Wifra Ilham, S.Ag/ Riah/ Tina









Sumber : Koleksi Foto Imla Wifra

Jumat, 08 April 2011

Citra Al Madina Latih Tenaga PAUD se-Pasaman Barat

Pasaman Barat (Sumbar), BAKINNews. Didukung oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan Dewan Pengurus Kabupaten Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Yayasan Citra Al-Madina Pasaman Barat menyelenggarakan Pelatihan dan Seminar Tenaga Pendidik PAUD se Pasaman Barat di Simpang Empat Kec. Pasaman Kab. Pasaman Barat. Acara yang dilaksanakan pada tanggal 4-5 Februari di Hotel Gucci dan Gedung Pemda Pasaman Barat ini dihadiri oleh lebih kurang 100 orang guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se Pasaman Barat, Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat, Asisten I Pemda Pasman Barat, Kepala Dinas Pendidikan Kab. Pasaman Barat serta pengurus KNPI Pasaman Barat. Pada kesempatan tersebut, Hj. Emma Yohanna selaku Ketua Yayasan Citra Al-Madina sekaligus merupakan salah seorang Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) Daerah Pemilihan Sumatera Barat menyampaikan sambutannya.

Dalam rangka meningkatkan kemajuan pendidikan pada usia dini, maka dirinya secara pribadi sekaligus termasuk elemen pemerintahan merasa terpanggil untuk melakukan pelatihan dan seminar bagi para guru-guru PAUD. Hal ini dikatakannya mengingat besarnya harapan bangsa pada dunia pendidikan. Oleh karena itu, menurut Emma Yohanna, untuk memajukan nila-nilai pendidikan bagi para anak-anak usia dini perlu terlebih dahulu memantapkan mutu tenaga pendidiknya. Dalam konfirmasinya kepada BAKINNews, Sabtu (5/2) Hj. Emma Yohanna didampingi sekretaris pribadinya, Febri S.P mengatakan, “acara ini dapat terselenggara atas kerjasama Kementerian Pendidikan Nasional dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pasaman Barat. Selain itu, kita sama-sama berharap, semoga apa-apa yang diperoleh oleh para guru-guru peserta Pelatihan dan Seminar Tenaga Pendidik PAUD ini dapat terealiasi dilapangan nantinya. Sehingga akan menghasilkan anak-anak usia dini yang intelektual dan kreatif cara berfikir dan belajarnya,” jelas Hj. Emma Yohanna.

Sedangkan yang menjadi narasumber pada acara Pelatihan dan Seminar Tenaga Pendidik PAUD se Pasaman Barat itu adalah Petro Alexi dari Jakarta dan Drs. Johni Nurdin dari Dinas Pendidikan Prop. Sumatera Barat. Selain itu juga hadir narasumber dari Yayasan Citra Al-Madina Padang, Imla Wifra, S.Ag., dan Eriyanti, A.Md. Selaku Panitia, Ketua KNPI Pasaman Barat, Adrianto, S.Ag., mengatakan, dalam sambutannya, “semoga acara ini dapat bermanfaat khususnya bagi kalangan pendidikan anak usia dini.” Selain itu, dirinya juga berharap agar acara yang seperti ini dapat dilakukan secara continiu. Hal ini dikatakannya demi mensukseskan cita-cita bangsa dalam memajukan pendidikan khususnya didaerah pedesaan.

Sabtu, 11 Desember 2010

Manasik Haji dan Pembangunan Karakter Anak

Ada berbagai cara memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak dini pada anak. Satu di antaranya dengan mewujudkannya dalam Manasik Haji. Anak-anak diperkenalkan dengan satu dari sekian ragam bentuk ibadah sebagai umat muslim. Manasik haji untuk Anak-anak PAUD merupakan pembelajaran dan penanaman nilai-nilai keagamaan, mengenalkan pada anak-anak tentang berbagai hal yang berkaitan dengan ibadah haji. Manasik Haji sebagai media pembelajaran diharapkan itu nanti dapat seefektif mungkin membentuk karakter anak atau "Character Building", supaya lebih paham nilai-nilai Agama Islam.

Dalam konteks inilah, PAUD Citra Almadina, setiap tahunnya (bulan Zulhijjah setiap tahun) selalu mengadakan kegiatan manasik haji bagi anak-anak PAUD. Semangat yang tergambar dari kaki-kaki mungil mereka, melangkah pasti bersama para pembimbingnya di bawah terik matahari yang menyengat, terlihat sebagai sebuah cerminan akan generasi mendatang yang islami dan berwawasan. Seluruh tahapan berhaji mereka ikuti dengan seksama dan khidmat. Mulai dari praktik persiapan, wukuf di Arofah, Melempar Jumrah di Mina, kemudian berkurban, tahalul (memotong rambut), thawaf, sai, kemudian diakhiri dengan berdoa.

Foto kegiatan manasik haji, lihat di Album PAUD Citra Almadina (klik : http://albumpaudca.blogspot.com/

Rabu, 01 Desember 2010

Ketua Yayasan Citra Almadina Padang Kunjungi Sumiati

Pekan lalu, sebanyak lima Senator menjenguk Sumiati di RS King Fahad, Madinah, Arab Saudi yang disiksa majikannya itu. Ke lima senator tersebut yakni Hj. Emma Yohanna dari Sumatera Barat, Ahmad Jajuli dari Lampung, Wahidin Ismail dari Papua Barat, Anna Latuconsina dari Maluku, Muh Syibli Sahbuddin dari Sulawesi Barat. “Kita berharap dan mengusulkan kepada pimpinan DPD RI agar seluruh anggota DPD RI dapat menyumbang bantuan dana untuk Sumiati," ucap anggota DPD RI asal Sumatera Barat Hj Emma Yohanna saat dihubungi www.padang-today.com beberapa saat yang lalu. Menurutnya, keadaan Sumiati saat ini sudah membaik jika dibandingkan dengan sebelum ini. Pihak Arab Saudi mesti bertanggungjawab dalam hal ini. "Sangat sedih dan kasian sekali melihat kondisi Sumiati yang disiksa majikannya itu. Ketika saya melihat dan membuka baju Sumati, betapa terkejutnya saya dipunggungnya terdapat bekas setrikaan. Tidak itu saja, kakinya pun luka-luka".

Luka di wajah Sumiati memang sudah mengering. Walaupun masih ada bekas jahitannya. Bibirnya cukup parah, sehingga bicaranya agak kurang jelas. "Kita akan usahaan sekali bagaimana dapat mencarikan dan memberikan bantuan buat Sumiati untuk meringankan beban yang dihadapinya saat ini," tutup Senator dari Ranah Minangkabau ini.

Kamis, 04 November 2010

Bermain adalah Belajar Anak

Seorang guru Play Group dalam rapat harian melaporkan pada kepala sekolah, “bu kepala, tolong dalam pertemuan orang tua nanti, dibahas tentang hakikat pendidikan pra sekolah ya, terutama difahamkan pada ibu-ibunya. Saya sering melihat salah seorang ibu yang memaksa bahkan mencubit anaknya karena tidak mau terlibat dalam pembelajaran dan asyik bermain balok.” Seorang guru lain menambahkan,”iya bu, sepertinya harus segera di jelaskan. Ada kasus lain lagi bu, ketika saya menanyakan pada mama Arif kenapa Arif tidak bisa ikut tamasya minggu depan, alasannya, karena Arif ikut les privat membaca dan matematika.”

Cerita di atas adalah sebuah realita di sekitar kita. Bahkan mungkin sebenarnya lebih parah dari itu. Jika pada cerita tersebut sepertinya kedua guru sudah memahami hakikat pendidikan anak usia dini, bisa jadi pada kenyataannya masih banyak para pendidik anak usia dini sendiri yang belum faham tentang hakikat pendidikan anak usia dini. Terlebih lagi para orang tua yang tidak memiliki latar belakang keilmuan tentang pendidikan anak usia dini. Kebanyakan mereka terlalu memaksakan anaknya untuk ”belajar” sesuatu dengan metoda konvensional yang diterapkan untuk orang dewasa saja sudah tidak efektif lagi. Duduk, diam, dengarkan, tulis dan bacakan kembali, itulah yang dikatakan sebagai belajar. Jika diterapkan pada orang dewasa mungkin mereka mampu protes dan menuntut tehnik pembelajaran lain yang lebih menarik. Tapi apa daya anak-anak, mereka tidak bisa melawan. Apalagi dengan ancaman cubitan atau bahkan pululan.

Sebuah Teori Tabularasa memang menyatakan bahwa anak-anak diibaratkan seperti kertas kosong yang bisa diisi apapun. Ya, memang benar, demikian luar biasanya anak-anak, sampai-sampai mereka bisa menghafal banyak hal di luar kepala. Dengan asumsi tersebut, beramai-ramailah orang tua mengisi kertas kosong tersebut. Dan akhirnya, anak-anak pun tumbuh seperti kertas berisi berbagai ilmu yang kumpulannya bisa membentuk sebuah buku. Mungkin terlihat tebal dan pintar. Tapi kaku dan pasif. Tak bisa bergerak dan berbuat. Bukan wahai para orang tua, mereka bukanlah kertas. Mereka bukan pembelajar pasif. Tapi mereka pembelajar aktif. Tahukah wahai para orang tua, banyak teori belajar lain yang lebih moderen telah dilahirkan. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa anak adalah pembelajar aktif. Setiap pori-pori tubuh mereka menyerap apa yang mereka lihat, dengar, sentuh, dan apapun yang berinteraksi dengan mereka. Hebatnya lagi, mereka menganalisis dari setiap interaksi mereka dengan lingkungannya. Tapi sayang, kehebatan itu kita sia-siakan. Kita patahkan dengan tehnik belajar yang tidak sesuai. Mereka kita bentuk, bukan kita arahkan. Mereka kita isi, bukan kita fasilitasi. Strategi belajar terbaik bagi mereka adalah adalah apa yang kita namakan dengan bermain. Bukan duduk, diam, dengarkan dan hafalkan.

Orang tua pasti bangga ketika anaknya yang masih usia TK sudah bisa membaca dan berhitung. Orang tua pasti semakin bangga ketika anaknya yang masih kecil itu bisa menghafal berbagai kosa kata dalam bahasa Inggris. Orang tua pasti lebih bangga lagi jika memiliki anak yang selalu menurut ketika di suruh duduk di meja belajar menghafalkan segala sesuatu yang dianggap perlu. Mengikuti berbagai les yang melelahkan. Tapi tahukah anda wahai para orang tua, bahwa kebanggaan anda, bahwa kebahagiaan anda sungguh membuat anak-anak anda menderita! Orang tua pasti jengkel ketika ada anaknya yang aktif bergerak, menaiki meja, memegangi benda yang menarik dan baru dilihatnya, menggigit dan mengulumnya atau membongkar mainan yang baru di beli. Orang tua pasti semakin jengkel ketika ada anaknya yang menggambar tidak sesuai dengan perintah ibu gurunya. Orang tua pasti sangat jengkel ketika ada anaknya yang terus menerus bertanya tentang sesuatu yang dia lihat. Orang tua pasti lebih jengkel lagi ketika rumah berantakan setelah anaknya dan teman-temannya bermain dokter-dokteran. Orang tua pasti sangat lebih jengkel lagi ketika anaknya lebih asyik bermain galah di lapangan atau sekedar bermain sepak bola dari pada duduk di meja belajar dan membaca. Tapi tahukah anda wahai para orang tua bahwa seharusnya anda berbahagia karena anak anda bahagia dan karena kelak dia akan tumbuh menjadi individu yang kreatif dan cerdas. Karena sesungguhnya ketika dia sedang membuat anda jengkel, dia sedang belajar. Sebenar-benarnya makna belajar bagi dia.

Emma Yohanna : "Susah Saatnya Perempuan Berperan Aktif"

Mungkin setiap orang akan bertanya kenapa hari Ibu mesti jatuh pada tanggal 22 Desember?. Apa yang diperingati pada tanggal 22 Desember itu?. Kenapa hari Ibu tidak jatuh pada tanggal 21 April, hari lahir Ibu Kartini. Background Histories melandasi peringatan hari Ibu tersebut dengan berkumpulnya para pejuang wanita untuk mengadakan Kongres Perempuan I pada tanggal 22-25 Desember 1928 di kota Yogyakarta. Kongres Perempuan saat ini lebih dikenal dengan Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Namun, organisasi perkumpulan wanita ini sendiri sudah terbentuk sebelumnya sejak tahun 1912 dengan diilhami perjuangan tokoh-tokoh wanita.

Dalam memperingati hari Ibu saat ini, kita mesti mereflikasikannya dalam kehidupan keseharian. Jangan hanya sekedar serimonial semata. Saat ini perempuan mesti mampu memperlihatkan kemampuannya di tengah-tengah masyarakat untuk mengabdikan diri kepada bangsa. Demikian ungkap anggota DPD-RI Periode 2009-2014 Emma Yohanna kepada Padang-Today.Com saat dihubungi via handphone beberapa saat yang lalu. "Sudah saatnya kita bisa untuk mendapatkan hak-hak ikut serta memainkan peran mengabdi kepada masyarakat," ungkap tokoh wanita yang selalu aktif di berbagai kegiatan sosial. Mantan alumni Diniyyah Puteri Padang Panjang, Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang dan STBA Prayoga Padang ini, sejak menjadi mahasiswa, sangat "gandrung" kegiatan-kegiatan sosial dan organisasi perempuan.

Dikatakan Ketua Yayasan Pendidikan Citra Al-Madina Padang ini, masalah kekerasan dalam keluarga yang selalu terjadi mesti kita dijadikan sebagai acuan untuk merubah ke arah lebih baik lagi. Jangan ada lagi diskriminasi dan kekerasan terhadap kaum ibu. Oleh sebab itu, pergunakanlah hak dan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Saat ini kita mesti memperlihatkan kemampuan diri kita. "Sebagai seorang ibu dan meskipun kita sebagai kaum perempuan yang ikut serta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, kita mesti tahu kapan saat tugas di rumah dan kapan saat beraktifitas sosial di tengah-tengah masyarakat. Terakhir, kita mesti tahu kapan saat berkomunikasi bersama keluarga," tutup seorang Ibu yang pernah berproses sebagai Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Sumatera Barat, Wakil Ketua Forum Anak Usia Dini Sumbar, Wakil Ketua Puskowan Sumbar, Wakil Ketua Ikatan Wanita Keluarga Agam Padang, Wakil Ketua Ikatan Keluarga Pasaman Barat, Wakil Bendahara ICMI Sumbar, Bendahara Iluni IAIN Imam Bonjol Padang, Presidium KAHMI Sumbar, Wakil Ketua HWK Sumbar.

Minggu, 13 Juni 2010

Anak PAUD dan Profesinya Kelak

Iseng-iseng browsing sambil upload beberapa data, ketemu ini : Asli, saya tertawa terbahak-bahak sambil membayangkan beberapa siswa yang melompat jauh 20 tahun ke depan. Mau tertawa bersama? Baca deh ...
  • Jika mereka tetap ngintil mengikuti terus Ibu Gurunya, nempel terus keluar ruangan … ini cocok di bagian Legal … (selalu ”merapat” kepada Top Management)
  • Jika mereka kemudian mengambil mainan balok-balok kayu atau lego … dipasang … lalu diberantakin lagi … pasang lagi … berantakin lagi … Kalo bosen ditinggal … Dia cari mainan yang lain lagi … lalu pasang … berantakin lagi … pasang lagi … naaaahhh ini keknya menjadi Bagian IT atauEngineering … (bongkar pasang … cari kesibukan sendiri … jika bosen lalu ditinggal … )
  • Jika mereka maju ke papan tulis dan menulis-nulis sesuatu disitu … yup … tentu saja Ini bagian Training and Development (naluri ngajar bouw)
  • Bertepuk tangan … menyanyi … berteriak-teriak … menari-nari … ini bagian Operation (tukang ”heboh” soalnya …)(demo mulu kerjaannya)
  • Berjalan keluar … Jajan cimol dan Harum manis didepan sekolah … Ini bagian Procurement ... (tidak lupa dengan cerewet bertanya … Ini berapa bang … yang itu berapa bang … Yang disitu berapa ?? …)(tapi nggak beli-beli karena uangnya kurang)
  • Ambil Tas … buka bekal … makan-makan … minum-minum … hepi-hepi … haha hihi hah … Ini pasti orang-orang Marketing nih … (marketing gitu loh …)(Everyday is a holiday)
  • Jika mereka malah berantem sesamanya … cakar-cakaran dsb … Ini pasti cocok di divisi Bussiness Development
  • Mendorong-dorong meja … mengangkat kursi … merapih-rapihkan kelas … melap meja kursi … nyapu kelas … Ini General Affair lah …
  • Lari keluar kelas … main-main diluar … main ayunan … main prosotan … main jungkat – jungkit … Gak peduli apa yang terjadi di dalam kelas … Ini bagian Sales dan Customer Service (spesialis ”urusan luar” bukan ???). (urusan main)
  • Menangis keras … memanggil-manggil bu gurunya … mengarang cerita yang termehek-mehek agar dikasihani gurunya … agar bu gurunya memperhatikan dia …. mmm ini bagian Quality Control atau Internal Control. (specialis komplain dan Tukang ngadu)
  • Membuka tas … merogoh kantong … membuka dompet barbie/narutonya … menghitung uang recehan disana … atau bahkan menghitung-hitung jumlah jendela yang ada dikelas … itu pasti akan jadi … Finance dan Accounting
  • Ngambil Crayon … coret-coret dinding … mudah saja ini tentu Graphic Design dong …
  • Berceloteh … ngobrol … Cerita-cerita sama temannya … ngoceh kesana kemari … ngomong sendiri … berdiri di depan kelas sambil ketawa-ketiwi … ini bagian Public Relation. (spesialis ketawa – ketiwi … dan ngomong kanan kiri …)
  • Tarik kursi … berdiri diatas kursi … melihat keluar jendela … menerawang jauh … pura-pura berfikir … Naaaahhh ini lah calon President Direktur kita … (berpandangan visioner jauh kedepan)
  • Jika mereka hanya duduk diam .. seperti tidak melakukan apa-apa … naaahhh ini bagian Personalia .. (hihihihi)(yes … Sitting Idle right ???)
  • Jika mereka ternyata berdiri di depan pintu … siap siaga selalu memegang handel pintu … buka tutup pintu ….. aaaahhhh ini pasti … Bagian Securityatau Door man …)
  • Ok-Ok bagaimana kalau dia … Duduk manis sendirian dipojok … membuka buku … membaca dengan tenang … tangan dilipat diatas meja … rapi … dengan harapan Ibu Guru akan memuji dia habis-habisan …. ??? … mmm maaf tipe ini biasanya tidak diterima di bagian mana pun … orangnya kurang asik soalnya … nggak fun … nggak kompak …. (hihihihihi)
  • Tarik kursi ? berdiri diatas kursi ? melihat keluar jendela ? menerawang jauh ? pura-pura berfikir ? Naaaahhh ini lah calon President Direktur kita ? (berpandangan visioner jauh kedepan)
:: kiriman seorang teman via fb yang dikutipnya dari Yanti Depe/2010

Sekilas Tentang Kecerdasan Naturalis

Adian, Pohon Tomat dan Batu Bebek

Tok !!! Tok !!! Tok !!!

Terdengar suara pintu diketuk. ”Selamat siang, ”kali ini terdengar ada suara sarapan. Ibu, yang saat itu sedang sibuk memasak, bergegas membuka pintu. Ternyata yang datang itu Tante Arum, adiknya ibu yang tinggal di kota Jakarta. Tante Arum datang bersama anaknya, namanya Sari. Umurnya 4 tahun, sama seperti umurnya Adian. Sudah hampir 3 tahun mereka tidak ketemu.

”Ayo masuk..masuk...,kita ke teras belakang ya,supaya ngobrolnya lebih nyaman,” kata ibu sambil mengajak Tante Arum dan Sari.

”Adian...Adian.... ke sini sebentar sayang,” panggil ibu. Adianpun menoleh, kemudian menghampiri ibu.

”Adian,kenalkan, ini Tante Arum dan ini anaknya, namanya Sari,” kata ibu. Adian pun mencium tangan tangan Tante Arum dan bersalaman dengan Sari.

”Adian sudah besar ya,”sapa Tante Arum.

”Ayo Sari kita main di kebun,” ajak Adian sambil menggandeng tangan Sari. Sebentar saja, mereka sudah akrab, sudah bercanda dan tertawa-tawa. Di teras, ibu dan Tante Arum berbincang-bincang sambil mengamati tingkah Adian dan Sari.

”Kita buat lubang yuk, untuk menanam pohon tomat” ajak Adian.

”Nggak mau ach. Nanti ada cacing. Nanti tanganku jadi kotor,” jawab sari.

”Nggak apa-apa, kan bisa cuci tangan....,” kata Adian.

Kemudian dengan cekatan Adian membuat lubang. Tiba-tiba Adian berteriak,”Sari coba lihat yang kupegang ini,” katanya sambil menunjukkan sebuah batu.

”Itu kan cuma batu”, kata Sari.

”Iya, ini memang batu. Tapi ini bukan batu yang biasa. Ini batu yang aneh. Bentuknya seperti bebek...”, kata Adian sambil menunjukan batu itu.

Kemudian Adian berlari ke ibunya sambil berkata, ”Ibu, lihat...., aku punya batu yang seperti bebek.

”Wah, bagus sekali”, puji ibu. Tante Arum juga ikut melihat batu itu.

”Iya,mirip dengan bebek”, kata Tante Arum. Adian tertawa senang mendengar pujian Ibu dan Tante Arum. Sambil menyimpan batu bebek itu dikantong bajunya, Adianpun kembali ke kebun. Ia segera menanam pohon tomat di lubang yang telah dibuatnya, kemudian menyiraminya, sementara Sari hanya melihat saja. Tante Arum kagum dengan tingkah Adian.

”Kok Adian bisa begitu senang dengan lingkungan ya”, tanya tante Arum.

”Kata para ahli, itu artinya Adian mempunyai kecerdasan lingkungan”, jelas ibu.

”Kecerdasan lingkungan, apa maksudnya?”. ”Nanti akan saya jelaskan, sekarang diminum dulu tehnya, nanti keburu dingin”.

Sekilas Kecerdasan Naturalis Apakah kecerdasan naturalis itu?

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, mengingat, mengkategorikan, menganalisis atau menguasai pengetahuan mengenai lingkungan alam.

Apa saja yang termasuk dalam kecerdasan naturalis?

Kecerdasan naturalis meliputi kepekaan terhadap semua jenis flora-fauna, bebatuan, fenomena alam (seperti proses terjadinya awan, hujan, pelangi, gempa), mengenai tata surya, keadaan dilaut, pegunungan, dan sebagainya.

Bagaimanakah ciri-ciri anak yang mempunya kecerdasan naturalis?

Tolong Anda jawab deretan pertanyaan berikut ini, Apakah anak Anda :

  • Menyukai binatang
  • Senang berkebun?
  • Peduli dengan alam dan lingkungannya?
  • Senang pergi ke taman,kebun binatang atau melihat akuarium?
  • Senang berkemah?
  • Senang memperhatikan alam dimanapun ia berada?
  • Mudah beradaptasi dengan tempat dan acara yang berbeda-beda?
  • Senang memelihara hewan di rumah?
  • Mempunyai ingatan yang kuat tentang detil tempat-tempat yang pernah dikujungi,nama-nama hewan,tanaman,orang dan berbagai hal lain?
  • Banyak bertanya tentang oran,dan hal yang dilihatnya?
  • Mampu mengurus dirinya sendiri di situasi atau tempat yang baru/berbeda?
  • Memperhatikan linkungan yang ada di sekitarnya?
  • Senang mencari tahu apa sesuatu itu lalu mengelompokkanya ke dalam kategori tertentu,misalnya ia senang mengamati burung atau mencatat jenis-jenis mobil?

Bila ada di antara pertanyaan di atas yang Anda jawab ’YA’ Berarti Anda telah mengidentifikasikan indikator adanya kecerdasan naturalis pada anak Anda. Selamat ya.

Umumnya anak yang mempunyai kecerdasan naturalis senang bila berada di lingkungan yang alami, seperti di pantai, pegunungan,sungai dan sebagainya. Mereka sangat menikmati kedekatan dengan alam. Ia juga sangat tertarik dengan berbagai kegiatan yang dilakukan di luar rumah. Menyukai aktifitas berkemah bersepeda, mendaki gunung, memancing, berkebun, berjalan-jalan dan sebagainya. Ia senang bermain di taman,kebun serta akrab dengan binatang peliharaan seperti kucing, kelinci, ikan dan sebagainya. Ia juga suka mengoleksi benda-benda yang berasal dari alam seperti batu, kerang, bunga, dan sebagainya.

Anak yang mempunyai kecerdasan naturalis juga mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap kondisi di sekitarnya. Ia sering bertanya tentang kejadian-kejadian alam seperti gempa, tsunami, gunung meletus, hujan, tornado, dan sebagainya.

Apakah anak yang tinggal jauh dari alam, misalnya tinggal di kota, juga bisa mempunyai kecerdasan naturalis?

Tentu saja bisa. Karena seperti halnya jenis kecerdasan yang lain, kecerdasan naturalis juga hanya dapat berkembang apabila anak mendapat stimulus yang tepat. Seorang anak yang tinggal dekat dengan alam misalnya di tepi pantai atau di kaki gunung, belum tentu mempunyai kecerdasan naturalis apabila ia tidak mendapat stimulasi yang berkaitan dengan kecerdasan naturalis. Dan sebaliknya, seorang anak yang tinggal di kota, yang jarang melihat pepohonan, burung, air terjun, dan sebagainya, namun orang tuanya rajin memberi stimulasi seperti mengajaknya ke kebun binatang, ke kebun raya, ke pantai, menanam bunga dan sebagainya, besar kemungkinan akan mempunyai kecerdasan naturalis.

Apakah orang tua harus menjadi ilmuwan atau peneliti agar bisa memberi stimulasi yang berkaitan dengan kecerdasan naturalis?

Tentu saja tidak harus. Yang diperlukan anak untuk menumbuhkan kecerdasan naturalis adalah kesediaan orang tua memberikan stimulasi (rangsangan), menumbuhkan semangat serta menyediakan lingkungan yang mendukung berkembangnya kecerdasan naturalis anak. Orang tua bisa memanfaatkan lingkungan di sekitar sebagai sarana stimulasi. Orang tua juga bisa memanfaatkan buku, CD, VCD atau tayangan televisi yang berkaitan dengan alam. Bahkan orang tua juga bisa memanfaatkan barang-barang bekas sebagai sarana untuk mengasah kecerdasan naturalis anak.

Apakah manfaat anak mempunyai kecerdasan naturalis?

Berikut ini beberapa manfaat yang akan diperoleh anak apabila ia mempunyai kecerdasan naturalis, yaitu :

  • Akan membuat anak lebih jeli mengamati lingkungan di sekitarnya.
  • Akan membantu anak menyadari pentingnya lingkungan.
  • Akan membantu anak mampu mempelajari tentang alam sekaligus menghargai segala yang ada di dalam.

Apa saja profesi yang nantinya bisa ditekuni oleh anak yang mempunyai kecerdasan naturalis?

Anak-anak dengan kecerdasan naturalis umumnya kelak akan mempunyai keahlian tertentu yang berkaitan dengan lingkungan misalnya menjadi ahli biologi, dokter hewan, pendaki gunung, astronom, pelatih hewan, petani, koki, peternak, juru foto alam, pelaut, geolog, penyelam, peneliti, dan sebagainya.

:: disarikan dari Buku Tim Direktorat PAUD Kementerian Diknas RI/2009

Stimulasi Dini dan Kecerdasan Jamak

Oleh : PAUD Citra Almadina

Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan).

  1. Umur 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, dsb. Umur 3 – 6 bulan ditambah dengan bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi dan pengasuh di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
  2. Umur 6 – 9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
  3. Umur 9 – 12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan.
  4. Umur 12 – 18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.
  5. Umur 18 – 24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh, menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang & benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana - baju, bermain melempar bola, melompat.
  6. Umur 2 – 3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll), menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet
  7. Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll.
Sementara itu, kecerdasan jamak adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak. Cara merangsang Kecerdasan Jamak:
  1. Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak dll.
  2. Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.
  3. Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer dll.
  4. Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, olahraga permainan dll.
  5. Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada
  6. Melatih kecerdasan emosi inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan, bekerjasama membuat sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dll.
  7. Melatih kecerdasan emosi intra- personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.
  8. Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang dll.
:: disarikan dari www.anaksehat.com

Model Pembelajaran Berbasis Alam PAUD Formal dan NonFormal

Oleh : Imla Wifra, S.Ag

Salah satu Tugas, Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Pusat Kurikulum adalah melaksanakan Pengembangan bahan ajar dan Standar Kompetensi PAUD Formal dan NonFormal, Standar Isi dalam pengembangan kurikulum untuk pendidikan usia dini, pendidikan dasar. Salah satu yang menjadi bagian dari pengembangan tersebut adalah melakukan kajian kurikulum dari berbagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang dijadikan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan standar dan bahan ajar Paud Formal dan NonFormal kurikulum yang menjadi tanggung jawab Pusat Kurikulum.

Untuk melaksanakan kegiatan tersebut perlu dilakukan serangkaian kegiatan yang utamanya adalah standar dan bahan ajar kurikulum mata pelajaran pendidikan dasar. Kegiatan di awali dengan penyusunan desain untuk menetapkan fokus pengembangan, selanjutnya melakukan kajian dokumen Standar Isi, pengembangan pelaksanaan standar isi, diskusi hasil pengembangan dokumen standar isi, diskusi hasil kajian pelaksanaan stadar isi, Studi dokumentasi standar isi, analisis data hasil kajian, penyusunan hasil pengembangan bahan ajar silabus, presentasi hasil pengembangan dan penyusunan laporan. Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini merupakan seperangkat kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai oleh anak sesuai dengan tahapan usianya. Standar ini dikembangkan berdasarkan aspek perkembangan anak, yang meliputi:
  1. Perkembangan moral dan nilai-nilai agama
  2. Perkembangan sosial, emosional dan kemandirian
  3. Perkembangan bahasa
  4. Perkembangan kognitif
  5. Perkembangan fisik/motorik
  6. Perkembangan seni
Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dini didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Salah satu penyebab utama dalam kesalahan mendidik adalah banyak para orangtua dan guru yang kurang menyadari cara-cara mendidik yang patut. Pada awal tahun 80-an mulai bermunculan berbagai kritikan terhadap kurikulum yang dianggap telah mematikan semangat dan kecintaan anak untuk belajar. National Association for the Young Children (NAEYC) sebuah organisasi yang muncul pada tahun 1980-an di AS merupakan gerakan yang berusaha mematut terhadap berbagai miskonsepsi dalam dunia pendidikan anak usia dini. Di sini berhimpun para pakar pendidik anak usia dini, dimotori Sue Bredekamp membuat petisi melalui “konsep DAP”. Terjemahan bebas konsep DAP (Developmentally Approriate Practice) merupakan pendidikan yang patut berorientasi tahap perkembangan anak. Setiap anak yang berusia 0-8 tahun memiliki pola perkembangan yang dapat diprediksi sehingga memudahkan dalam upaya memberikan pelayanan pendidikannya.

Penerapan konsep DAP dalam pendidikan anak usia dini memungkinkan para pendidik melayani anak sebagai individu yang utuh (The Whole Child), yang melibatkan empat komponen dasar yang dimiliki anak, yaitu Pengetahuan, Ketrampilan, Sifat Alamiah, dan Perasaan yang bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Oleh karena itu jika sistem pembelajaran dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan maka perkembangan kepribadian anak akan tumbuh secara berkelanjutan. Hasil studi para pendukung DAP, metode ini memberikan lingkungan belajar yang senantiasa mendorong anak bereksplorasi, kreatif, dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar. Dampak terhadap perkembangan sosial-emosi menunjukkan bahwa anak usia dini yang dilayani dengan metode DAP mempunyai tingkat stress yang rendah dibandingkan anak-anak yang dilayani tanpa metode DAP. Sebuah studi lain juga melaporkan bahwa anak-anak usia dini yang berada dalam kelas non DAP memiliki tekanan dalam proses pendidikan karena mereka senantiasa diminta mengisi lembar kerta kerja yang kurang patut dan kurang menyenangkan anak.

:: disarikan dari beberapa makalah dalam "Pelatihan PAUD Unggulan se-Indonesia" di Grand Cempaka Hotel Jakarta, 9 - 12 April 2010

Mengajarkan Puisi Kepada Anak-Anak Sedari Dini

Padang, 15/12/2009. Pemilik dan pimpinan Yayasan Pendidikan Citra Almadina Padang yang juga anggota DPD-RI dari daerah pemilihan Sumatra Barat (Sumbar), Hj. Emma Yohana mengatakan, pengenalan puisi sejak dini bagi siswa PAUD dan SD merupakan upaya positif dalam meningkatkan pengetahuan kesusastraan kepada generasi muda. Menulis dan membaca puisi bagi siswa perlu dipupuk dan ditumbuhkembangkan sebagai satu upaya pembinaan dan pembentukan karakter generasi bangsa, kata Emma saat membuka kegiatan pembacaan 1.000 puisi bencana gempa Sumbar oleh puluhan siswa PAUD, SD dan SLTP di Padang, Selasa.

Pembacaan 1.000 puisi itu merupakan rangkaian dari Pameran Foto Amal Tentang gempa Sumbar yang digelar Komunitas Jurnalis Muda (KJM) Sumbar berlangsung dari 1 Desember 2009- hingga 1 Januari 2010. Sedangkan pembacaan 1.000 puisi berlangsung dari 15 hingga 19 Desember 2009 di pentas utama dalam arena Pameran Foto Gempa Sumbar. Menurut Emma, anak-anak khususnya para pelajar perlu didekatkan dengan kesusastraan itu dan salah satunya dengan menulis dan membaca pusi.

Apabila sejak dini anak sudah mengenal seni sastra, maka sampai dewasa akan dapat menerapkan nilai dan pesan sastra yang terkandung dalam bait-bait puisi, tambahnya. Akan tetapi, menurut dia, pelajaran kesusastraan kini sangat minim di sekolah sehingga sebagian besar pelajar kurang meminatinya. Hal ini terjadi, karena kesusasteraan tidak diperkenalkan dan dipelajari para siswa sejak dini. Hal ini berbeda dengan zaman dahulu dimana tiap siswa itu dapat berpuisi dan menulisnya, katanya.

Tradisi Mendongeng Mulai Hilang

PadangKini.com | Tradisi mendongeng mulai hilang dalam masyarakat. Padahal dongeng sarana paling efektif untuk pembelajaran pada anak. Hal itu dikatakan Kepala Bawasda Kota Padang Sastri Yunizarti Bakry mewakili Pemrov Sumbar saat membuka acara Mendongeng dan Teknik Mendongeng bersama Kak Bimo yang digelar Yayasan Citra Almadina di Hotel Pangeran Beach, Padang, Senin (5/5/2009). "Anak-anak sekarang cenderung main play station, game komputer bahkan game di handphone," katanya. Karena itu, Sastri menyambut baik kegiatan yang digelar Yayasan Citra Almadina, sehingga bisa menghidupkan dan melanggengkan tradisi mendongeng dan bisa menciptakan pendongeng-pendongeng andal.

Ketua Yayasan Citra Almadina Emma Yohana mengatakan, yayasannya tergerak mengadakan kegiatan mendongeng untuk menghidupkan kembali kebiasaan mendongeng kepada anak-anak. "Agar dongeng bisa berkembang, diharapkan ceritanya tidak itu-itu saja, tapi juga dibuat lebih modern," katanya. Dalam acara itu hadir 225 murid taman kanak-kanak dari berbagai TK di Padang, Pariaman, dan Lubuk Basung.Mereka gembira, tertawa dan bertepuk riuh mendengar Kak Bimo berdongeng yang dengan fasih menirukan kokok ayam, deru pesawat terbang, ataupun bunyi sepeda sedang dikayuh.

Rabu, 29 Juli 2009

Pendongeng yang Ekspressif

Ingatkah Anda saat si kecil menyodorkan buku cerita dan meminta Anda membacakan cerita saat ia hendak tidur? .................... Manfaatkan momen seperti ini, tak hanya makin mendekatkan hubungan Anda dengan anak, tetapi juga memberikan pendidikan baginya. Sebab, para ahli berpendapat bahwa dongeng dapat menjadi salah satu media yang efektif dalam mendidik anak. Namun, bagaimana cara mendongeng yang benar agar pesan dapat tersampaikan dengan benar? Kak Kusomo yang dikenal sebagai raja dongeng membagi beberapa tips cara mendongeng yang baik :

1. Pendongeng harus ekspresif. Untuk menarik perhatian anak, seorang pendongeng harus dapat berekspresi dan enerjik. “Kalau pendongeng lemas dan datar dalam mendongeng, mana ada anak yang mau mendengar,” ujar Kak Kusomo. Menurutnya, dalam mendongeng harus ada perubahan intonasi, mimik wajah, dan gerakan tubuh. “Oleh karena itu, untuk menjadi pendongeng ekspresif, mimik wajah, intonasi, dan bahasa tubuh harus terus dilatih.”

2. Banyak membaca. Menurut Kak Kusomo, seorang pendongeng harus mempunyai banyak cerita. Pasalnya, anak akan bosan jika terus-menerus mendengar cerita yang sama. “Perbanyaklah membaca cerita-cerita rakyat atau literatur lain. Dengan begitu, pendongeng juga dapat berimprovisasi dalam mendongeng,” tutur Kak Kusomo.

3. Memilih cerita yang mempunyai pesan. Tidak semua cerita rakyat mempunyai pesan moral yang bagus bagi anak-anak. “Ada beberapa cerita rakyat yang tidak cocok untuk anak, misalnya tentang perang saudara dan lain-lain. Jadi pilihlah cerita-cerita yang pesan moral atau budayanya dapat ditiru anak,” lanjutnya.

4. Sesuaikan dengan usia anak. Kak Kusomo menuturkan tiap-tiap tingkatan umur. Untuk umur di bawah 5 tahun, dongeng yang cocok adalah mengenai lingkungan, seperti cerita hewan atau tumbuhan. Pada umur 5-7 tahun, anak boleh mulai dikenalkan dengan cerita rakyat. Selanjutnya, anak pada umur 9-12 tahun cocok dengan cerita mengenai fiksi, seperti petualangan. Usia maksimal anak diberi dongeng adalah umur 12 tahun. Setelah itu anak perlu dirangsang dengan metode cerita bersama, seperti diskusi. (Sumber : kompas.com)